Iklan

Panji Gumilang Sebut Sumber Pendapatan Ponpes Al-Zaytun

Panji Gumilang sebagai pimpinan Pondok Pesantren Al-Zaytun namanya sedang santer di tengah polemiknya yang dikaitkan dengan ajaran sesat, afiliasi dengan Negara Islam Indonesia atau NII hingga gonjang-ganjing Ponpes Al-Zaytun.

Bangunan megah dan mewah ponpes Al-zaytun Pimpinan Panji Gumilang yang terbentang di atas lahan seluas 1.200 hektare lebih di Kabupaten Indramayu ini mengundang berbagai pertanyaan tentang asal muasal dana pembangunan dan operasional ponpes tersebut.

Panji Gumilang mengatakan, kebutuhan operasional ponpes yang menaungi lebih dari 5.000 santri ini mendekati Rp120 miliar per tahun. Adapun sumber pendapatan ponpes berasal dari iuran santri yang baru masuk setiap tahunnya, dana BOS dari Kemenag dan sisanya dari hasil gerakan perekonomian pesantren.

Saya sebagai pendidik yang mandiri harus cari nafkah. Uang untuk membangun Al-Zaytun ini saya bekerja keras, tidak sendiri, bersama banyak kawan,” kata Panji dalam program Kick Andy dikutip Rabu (28/6/2023).

Dirinci, pendapatan iuran santri baru mencapai Rp39 miliar hingga Rp43 miliar. Itu didapat dari iuran yang dibayar di muka sebesar USD3.500 setara Rp52,5 juta (kurs Rp15.003 perdolar AS) dari sekitar 750 ribu hingga 1,03 juta santri baru setiap tahunnya. Pendapatan iuran santri baru ini setara 36,61% dari total kebutuhan ponpes.

Lalu pendapatan dana BOS sebesar Rp3,3 miliar hingga Rp4 miliar. Ponpes yang berdiri sejak tahun 1993 ini sudah menerima total Rp55 miliar dana BOS selama 15 tahun terakhir dari Kemenag. Pendapatan dana BOS setara 2,47% total kebutuhan ponpes.
“Itu besar kita dapatnya karena muridnya banyak. Kalau kita tidak pandai-pandai, mendapatkan BOS terus mengandalkan BOS terus bangkrut,” kata Panji.

Terakhir, pendapatan dari gerakan perekonomian pesantren yang meliputi pertanian padi, budidaya ikan dan sebagainya mencapai Rp75 miliar setara 60% lebih total kebutuhan ponpes. Dari hasil menanam padi saja, diakui Panji gumilang bisa memenuhi 3 hingga 4 kali lipat kebutuhan pangan bulanan ponpes. Sisa hasil panen dijual ke anggota koperasi dan masyarakat umum dengan perbandingan 1 untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan 2 untuk dijual.

Ponpes Al-Zaytun, menurut Panji gumilang juga memberdayakan masyarakat sekitar untuk mengelola padi lewat Paguyuban Petani Penyangga Ketahanan Pangan Indonesia yang beranggotakan lebih dari 120 orang. Ponpes memberikan modal tanpa bunga berupa saprodi (sarana produksi padi) dengan sistem bagi hasil. Ketika panen, masyarakat menjual hasil paruhan ke ponpes dengan harga mengacu HPP.

“Dulu kita minta ke Bupati pada waktu itu lahan seluas 2.500 ha, yang saat ini baru bisa dibebaskan 1.200 ha. Kalau orang menghitung memang pikirannya kecil. Menanam 1 ha dapat sekian.

Jangan menanam 1 ha kalau mau memberikan dana pendidikan, tanam 800 ha. Umpamanya ada gagalnya kan separuhnya dapat. Makanya tanah banyak itu untuk ini. Kami pengusaha, berdikari, putar (uang). Kalau usaha itu kan mesti ada untung,” pungkas Panji.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari ebataknews.com. Mari bergabung di Page Facebook “ebataknews” dan https://youtube.com/@ebataknews.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini