Iklan

Spiritualisme Batak Mempunyai Kharisma yang Tinggi

Spiritualisme Batak lebih termakna dari dasar spiritualisme Batak Toba tetapi tidak tertutup kemungkinan persamaan pemahaman dengan suku Batak secara keseluruhan (Karo, Simalungun, Pakpak/Dairi, Angkola /Mandailing), yang membedakan kemungkinan hanyalah segi bahasa.

Orang Batak yang mempunyai Spiritual yang tinggi adalah orang yang mempunyai Sahala ( Tondi atau Ruh ) dari Leluhur yang memiliki kepribadian dan perilaku yang baik serta wajahnya memancarkan Sinar Sahala sehingga orang menghormatinya.

Apa itu spiritualisme? dasar katanya adalah Spirit, yang biasa diterjemahkan dengan Roh atau Semangat. Spirit telah ada pada diri manusia sebelum dia dilahirkan kemuka bumi ini, yaitu adanya nilai-nilai yang mendorong seseorang mengarah kepada dunia dan merespon dunia secara etis.

Spiritualisme dalam Bahasa Batak Toba dapat di artikan sebagai ” Hahomion”, Hahomion berasal dari kata “Homi “artinya, Suci,tersembunyi, bersifat rahasia, dan misteri,  Dalam spiritual Batak, maka Hahomion adalah hubungan kita dengan Pencipta,Sesama Manusia dan Alam Semesta yang merupakan sesuatu yang suci/bersih yang tidak dapat di jelaskan,tidak dapat di gambarkan namun nyata.

Jadi Hahomion bukan hanya hubungan Manusia dengan Pencipta saja tapi juga dengan Manusia dan Alam Semesta.
hal in dapat di lihat dari konsep dasar Spiritual Batak yang saling berhubungan dengan lainnya.

Konsep dasar spiritualisme Batak, mengacu pada kosmologi Batak Toba tentang Banua Ginjang – Banua Tonga – Banua Toru, sebuah gagasan yang berhubungan dengan defenisi Ruang dan Waktu. Dimana Ruang mempunyai tiga batas yaitu Atas – Bawah/Depan – Belakang/Kiri – Kanan. Sedangkan Waktu hanya berdimensi Depan – Belakang.

Spiritualisme Batak
Ritual Bindu Matoga atau Pane Na Bolon untuk Menangkal suatu penyakit atau bala dari segala penjuru mata angin.

SPIRITUAL/HAHOMION BATAK

Seperti yang disebutkan diatas arti Spiritual Batak, maka Hahomion adalah hubungan kita dengan Pencipta,Sesama Manusia dan Alam Semesta yang merupakan sesuatu yang suci/bersih yang tidak dapat di jelaskan,tidak dapat di gambarkan namun nyata.

Sering kita melihat Suku Batak melakukan suatu Ritual Hahomion atau upacara yang dilakukan untuk memberikan sesajen kepada roh nenek moyang terdahulu. Roh nenek moyang yang berada di danau Toba,Pegunungan, dan Situs Sejarah yang merupakan Leluhur penjaga Tempat tersebut.

Namun paling sering ditemui Ritual Hahomion/ upacara di lakukan di Danau Toba disebabkan Danau Toba Pusat Hahomion Batak tempat berkumpulnya Leluhur Batak dalam melakukan Ritualnya sebagai sumber Kehidupan.

Dengan melakukan ritual hahomion ini atas kesadaran manusia membuat upacara untuk memohon keselamatan, menghormati maupun ucapan terima kasih kepada Leluhur “Penunggu Danau”. Tradisi ini secara rutin dilakukan oleh masyarakat di desa sekitar Danau Toba.

Tujuan ritual Hahomion untuk memohon agar roh dan kekuatan kekuatan gaib tetap memantau kehidupan warga dan memohon kepada Tuhan (Mulajadi Na Bolon) agar senantiasa memelihara, mendatangkan kemakmuran, dan ketentraman hidup warga.

Ritual Hahomion ini dilakukan untuk mengenang ritual yang dilakukan nenek leluhur Batak yang terdahulu dan disamping itu mereka hendak melestarikan budaya yang mereka miliki untuk menarik wisatawan ke kawasan Danau Toba.

Mereka percaya jika mereka memberikan sesajen ini kepada leluhur penjaga danau Toba akan memberi mereka keberkahan dan sumber kehidupan yang baik. Kepercayaan ini untuk menjaga danau agar tetap bersih karena mereka menghormati leluhur penjaga danau tersebut.

Pengalaman manusia ini setelah ia dilahirkan kedunia melampaui apa yang diajarkan agama, rumusan dogma serta ketaatan ritual. Ada 3 kemampuan yang berperan penting dalam proses selektifitas ini, yaitu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual diperlukan untuk memampukan seseorang bertindak etis.

SAHALA (ROH LELUHUR)

Sahala  merupakan ciri khusus dari tondi atau roh dari Leluhur, Orang yang memiliki sahala akan menjadi lebih berkharisma. Orang tersebut akan memiliki kepribadian dan perilaku yang baik, serta wajahnya memancarkan sinar sahala sehingga orang menghormatinya.

Sahala  bersumber dari Roh Bataraguru,Soripada dan Mangala Bulan,ketiganya dikenal dengan nama “Debata Sitolu Sada ( Tiga Dewa dalam Satu) atau disebut juga Debata Na Tolu( Tiga Dewata) sehingga Sahala tidak dapat “dipelajari” karena akan datang dengan sendirinya pada orang-orang suci/pilihan ,Ke Tiga Dabata Na Tolu tersebut berada dibawah Mulajadi Na Bolon.

Kemudian Sahala Debata Na Tolu tersebut di turunkan kepada semua Keturunan Batak untuk melindungi keturunan nya atas kecintaan nya kepada Keturunan nya dengan berbagai Kelebihan yang melampaui batas Logika Manusia.
sebagai Contoh : sering kita mendengar atau pun melihat kecelakaan tragis namun seseorang tersebut sehat – sehat aja,seolah tidak terjadi apa – apa.
kemudian seseorang hanyut di Danau Toba namun bisa selamat dengan baik.
Inilah disebut “Hot tondi di pamatang” (roh sahala sudah melekat pada badannya).

Wujud sahala adalah gaib, halus dan tidak dapat ditangkap oleh panca indera manusia dan tidak pula diketahui kapan masuk dan hinggap pada diri manusia.

Bagaimana melihat orang yang mempunyai Sahala ? Orang yang disebut marsahala dapat terlihat pada kehidupannya sehari hari, dan akan terjadi perubahan pada dirinya terutama dari segi sikap dan perilaku yang baik.

Ciri lain orang yang marsahala adalah kemampuan pada dirinya untuk memberikan pengobatan kepada orang lain. Sahala yang datang itu disebut sahala pangubati.

Jenis – Jenis Sahala
1. Sahala Datu ( Pangubati/ mengobati)
2. Sahala Panuturi ( Pengajar/Pengetahuan)
3. Sahala Panghongkop ( Pejuang )

Lalu Apa Bedanya Tondi Dengan Sahala? Tondi Dimiliki orang yang Hidup Sedangkan Sahala, Roh Orang Meninggal. Sehingga Ada Istilah Martondi Namangolu Marsahala Naung Mate.

Spiritual Batak yang Berkharisma tinggi
Ritual alin – aling Sahala untuk memanggil/mengenang Kharisma leluhur yang hilang dan meminta permohonan maaf kepada Pencipta( mulajai Na Bolon)

SUMBER SAHALA BATAK

Sumber Sahala Batak datang dari Bataraguru, Sorisohaliapan (Sohaliapan), dan Balabulan (Mangalabulan). Ketiganya kemudian disebut sebagai Debata Natolu (Debata yang Tiga). Mereka adalah perpanjangan tangan dari Mulajadi Na Bolon dan secara umum bertugas memberi kesejahteraan pada manusia.

Namun secara khusus mereka juga memiliki tugas masing-masing.Bataraguru bertugas menjadi sumber pemberi keadilan, hukum kerajaan, kearifan dan pengetahuan bagi manusia yang dilambangkan dengan warna hitam.

Sorisohaliapan yang dilambangkan dengan warna putih merupakan sumber hukum kesucian, hamalimon(keagamaan), kebenaran, dan kemuliaan.

Sementara Balabulan adalah pemberi kekuasaan,hagogoon (kekuatan) dan kesaktian bagi manusia yang dilambangkan dengan warna merah.

Kesimpulan : Spiritual Batak atau Hahomion Batak mempunyai Kharisma yang Tinggi dan Suci dari Leluhur yang Suci ,dapat terlihat dari Kepribadian dan perbuatan baiknya sehari – hari,bukan malah sebaliknya untuk menipu / membohongi atas nama Leluhur untuk mengobati atau melakukan ritual Hahomion.

Sahala tidak menuntut Lebih dari kekuatan Manusia Sebab Sahala adalah Manusia yg dulu nya di hormati dan dihargai sebagai bentuk Contoh manusia masa kini.
supaya dapat di Contoh kan sifat – Luhur nya.Kini dia tidak berbentuk tetapi dia ada di dalam diri tiap Bangso Batak.

Sumber : Perjalanan Spirit Danau Toba (SDT) ,Ricardo Hutabarat

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini