Iklan

Legenda Burung Patiaraja dalam Mitologi Batak

Dalam mitologi Batak, Burung Patiaraja adalah perwujudan dari Debata Asi-asi, istri dari Mulajadi na Bolon.
Burung Patiaraja ini menjadi perlambang Debata Asi-asi yang berwujud sejenis burung dengan tiga fungsi, benama Manuk Patiaraja, Manuk Hulambujati, dan Manuk Mandoangdoang.

Dalam Mitologi Batak ia dilambangkan sebagai seekor ayam betina berwarna biru yang diceritakan bertelur tiga butir. Dari tiga telur itu kemudian muncul Batara Guru, Soripada dan Mangala Bulan.

Ada juga dewa penghuni Banua Ginjang yang disebut sebagai Debata Natolu, berwujud manusia bernama Debata Bataraguru, Debata Sori, Debata Mangalabulan.

Burung Patiaraja,Bentuk tubuhnya sangat kecil, mirip dengan burung gereja. Burung Patiaraja ini sangat bijaksana dalam mengambil keputusan.

Dalam cerita masyarakat Batak,Burung Patiaraja ini setiap keputusan yang diambilnya selalu menyenangkan kelompok burung lainnya kemudian untuk memperlancar pekerjaan yang ada dalam kelompok burung itu, diangkatlah wakil pemimpin mereka, yaitu burung lmbulubuntal.

Burung lmbulubuntal ini rupanya sangat cocok dengan pribadi burung Patiaraja sehingga kelompok burung itu pun senang melihat tingkah laku burung lmbulubuntal.

Dengan ter-pilihnya pengurus kelompok, diharapkan segala sesuatu per-masalahan bisa diselesaikan dengan rukun dan damai ltulah harapan para burung itu.

Pada suatu hari, kedua pemimpin burung itu tampak sedang membicarakan berbagai hal. Dalam pikiran mereka terbersitlah sesuatu, entah apa yang terjadi di dalam pikiran mereka. Mereka bermaksud untuk membentuk lembaga ke-hakiman.

Burung Patiaraja
Burung Patiaraja

Burung Patiaraja (sejenis burung kecil) adalah burung yang merupakan raja dari segala unggas. Wakilnya adalah burung Imbulubuntal.kini sangat Jarang ditemui keberadaan nya.

Lambang burung Patiaraja juga dapat ditemukan dikomplek istana Sisingamangaraja,tepatnya dipintu masuk Komplek istana Sisingamangaraja ada sebuah tempat dimana Raja Sisingamangaraja Berdoa dan tempat itu juga sebagai tempat rapat-rapat pentingyang diadakan oleh Raja Sisingamangajaraja XII,Bakkara,Kabupaten humbanghasundutan.

Burung Patiaraja ini mempunyai arti penting bagi Sisingamangaraja XII dan  Kepercayaan Parmalim sebagai lambang Kebijaksanaan dan petunjuk bagi Penganut  Kepercayaan Parmalim.

kemudian lambang burung patiaraja ini di gunakan juga di Rumah – Rumah tempat dimana Penganut Kepercayaan Parmalim berdoa,Lamban Burung Patiaraja di letakkan diatas atap rumah – rumah Para Penganut Kepercayaan Parmalim.

Tidak lah heran kemudian dibuat suatu lukisan atau pun ukiran Gorga Manukmanuk Patia Raja perlambang ilmu pengetahuan dan Kebijaksanaan.

Kemudian ada beberapah umpasa terkait Legenda Burung Patiaraja diantara nya adalah “Raja parmanuk-manuk patiaraja, patiaraja holing, napande marhata-hata, natumundalhon jau, nadumompakhon toba, sialuhon barita tu sipareaon ni Raja i sian nahumaliang nahumaloho di desa naualu”

Terjemahan Arti bebasnya adalah: “Raja pemilik burung patiaraja, burung patiaraja holong, yang pandai bertutur kata, membelakangi negeri asing menghadapi dan bersemayamkan di negeri Toba, menjadikan pelopor berita atas segala penjuru angin”

Di Surga Banua Ginjang sebagai tempat bersemayamnya Mulajadi Nabolon dan para dewa-dewa, ada tumbuh sebatang pohon yang disebut pohon Sangkamadeha atau Sikkam Mabarbar atau Siara Sundung Disebutkan Sikkam Mabarbar karena dipercaya sebagai peramal kehidupan manusia.

Disebut siara Sundung karena pohon itu tumbuh di Nirwana dan sampai di Dunia Tengah. Siara Sundung yaitu sejenis pohon beringin, dimana ulat dari pohon itu terjatuh di Banua Ginjang dan menjelma menjadi dewa tritunggal yang disebut Debata Asiasi mempunyai tiga peran sebagai Manuk Patiaraja dan disebut juga sebagai Manuk Hulambujati dan juga disebut sebagai Manuk Mandoangdoang.

Debata Asiasi adalah satu wujud yang memiliki tiga perilaku sesuai fungsi dan penugasannya oleh Mahapencipta Mulajadi Nabolon. Para penghuni Banua Ginjang didalam kekuasa Kerajaan Mulajadi Nabolon adalah Leangleangmandi, Untunguntung Nabolon, Borongborong Badar, Lampulampu Nabolon, Debata Asiasi yang berwujut tritunggal yaitu Manuk Patiaraja, Manuk Hulambujati, Manuk Mandoangdoang, sebagai mahluk dewa yang melayani Mulajadi Nabolon untuk alam semesta dan segala isinya yang diciptakannya.

Lalu Melalui dewa-dewi langit ini, mereka menciptakan penghuni surga di Banua Ginjang yang akan memerintah segala alam ciptaan seperti Debata Natolu yang terdiri dari Debata Bataraguru, Debata Sori, Debata Mangalabulan.(sumber Perpustakaan dan Perjalan Spirit Danau Toba.)

Kemudian Na mapultak sian bulu yang terdiri dari tiga putri dan kemudian masing-masing menjadi istri Debata Natolu yaitu Siboru Portibulan, Siboru Malimbim, Siboru Anggarana. Demikianlah nama-nama dan generasi penghuni Banua Ginjang yang menjadi dewa-dewa di dalam Kerajaan Mulajadi Nabolon

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini