Iklan

Pameran Tunggal “TANTRA” I Ketut Adi Candra April 7-15 Di Balai Budaya Jakarta

Perupa asal Bali, I Ketut Adi Candra menggelar pameran tunggalnya yang ke -7 di Balai Budaya, Jakarta mulai 7 – 15 April 2023. Sebuah pameran yang ia siapkan dalam kurun beberapa tahun terakhir, dimasa pandemi masih begitu dahsyat efeknya dalam berbagai lini kehidupan, bukan saja di Indonesia tapi seluruh dunia.

Kata Tantra berasal dari bahasa Sansekerta yang memiliki makna “Memperluas” Tantra merupakan salah satu dari sekian banyak konsep pemujaan kepada “Ida Sanghyang Widi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa.dimana manusia kagum pada sifat-sifat keMaha Kuasaan Nya.

Pameran tunggal ini tentu sangat penting dalam perjalanan berkesenian bagi dirinya yang terlahir dari keluarga sederhana.

Sejak dari kecil I Ketut Adi Candra sudah mengenal dan berkecimpung di dunia seni di tanah kelahirannya di Pulau Dewata yang sohor dengan keindahan alam serta budaya, adat istiadat kuat mengakar kedalam tiap sendi-sendi kehidupan.

Pameran Tunggal "TANTRA" I Ketut Adi Candra
Salah satu lukisan Karya I Ketut Adi Candra,Tema: Life is Beautiful,Balai Budaya Jakarta

Ia pun mengatakan sejak mulai fokus dalam menekuni Perupa dalam bentuk Lukisan ini selama 25 Tahun.

“Seni budaya berjalan beriring indah dengan kegiatan keagamaan, juga tetap menjaga dan memelihara semua yang diajarkan para leluhurnya secara turun-temurun.

Pameran tunggal dengan tema “TANTRA“ ini menampilkan karya- karya mutakhir dari perupa yang sangat aktif melakukan berbagai kegiatan spiritualnya sejak belasan tahun lalu,” Ucap I Ketut Adi Candra, Jum’at siang (07/04/2023).

Tantra adalah bagian dari Caktisme yaitu Perubahan kepada Ibu Semesta,Dalam proses Pemujaan nya ,para Pemuja Cakta tersebut menggunakan Mantra,Yantra,Tantra,Yoga,daj puja serta melibatkan kekuatan alam Semesta dan membangkitkan kekuatan Kindalini.

Karya-karya yang ditampilkan bukan hanya mengeksplorasi keindahan secara visual belaka, lukisan-lukisannya juga merupakan ungkapan kepekaan rasa, pergulatan batin, perjalanan spiritual, juga ungkapan rasa syukur serta pengormatan tinggi kepada Ibu Semesta.

Dalam beberapa catatannya Merwan Yusuf selaku kurator pameran menyebutkan bahwa, karya-karya Ketut Adi Candra dibangun oleh beberapa unsur yang paling kental, yaitu proses perjalanan pribadinya semenjak kecil hingga dewasa, dan sebagai kepala keluarga rumah tangga, seniman sekaligus Pemangku.

Dari berbagai proses panjang pembentukan dirinya , Ketut Adi Candra berupaya mengenyampingkan sikap ego yang berlebihan, namun tetap menjaga sikap kritis, serta kesediaan melayani untuk sesama. Dengan kesadaran seperti itulah ia meyakini telah memberi makna dalam menjalankan hidup ini buat dirinya dan orang lain.

“Hasil pendalaman serta perenungan pelukis dinyatakannya dengan TRI HIPTA, sebagai acuan melukis, yaitu harmoni dan keseimbangan.

Maka kita akan membaca , kemudian bagaimana lukisan itu tidak hanya semata-mata lukisan, karena lukisan itu alat untuk memindahkan kekuatan Spiritualitas dan Magis yang tidak bisa dilihat di karya visual tersebut,” tambahnya.

Beberapa proses yang luar biasa dan perjalanan-perjalanan Adi Candra ini dimulai dari penerapan, pembelajaran, pemaknaan, proses kritis, orientasi dan pemilihan serta penceburan total pematangan itulah ia tidak ragu dalam bersikap, tidak ragu dalam menentukan pilihan dengan hadirnya Rehipta, dan kemudian dengan tema “TANTRA“ itu adalah berkat kematangan visual maupun spiritualitas.

sehingga ada nilai-nilai , bagaimana Mantra, Tantra dihadirkan dalam puisi, dan bagaimana Mantra dihadirkan dalam visualisasi seperti yang diterjemahkan oleh karya-karya Ketut Adi Candra.

Pecinta seni kenamaan Dr. Melani Setiawan dalam sambutannya menyebut bahwa Bali dikenal sebagai Pulau Dewata, pulau yang memiliki banyak kerajaan-kerajaan kecil serta kental dengan cerita dunia khayangan. Budaya dan religi bersatu padu dengan nilai sosial, sehingga tak heran banyak ornament tradisi yang menghiasi setiap sudut-sudut kota atau desa di Bali.

“Hal demikian tentu memberi warna dan inspirasi bagi masyarakat Bali. Seperti pada karya Ketut Adi Candra yang padat dan hangat dengan olahan warna yang dikomposisikan secara artistik sekaligus kontemplatif. Kesadaran akan nilai magis yang disapukan kombinatif antara ekspresi spontan dan ritme yang tenang, serta perenungan Tantra , diharapkan mampu memberi keseimbangan hidup yang penuh gejolak,” tuturnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari ebataknews.com. Mari bergabung di Page Facebook “ebataknews” dan https://youtube.com/@ebataknews.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini