Iklan
Beranda blog Halaman 105

Istana Sisingamangaraja Wujud Wibawa dan Keindahan Batak

0
istana sisingamangaraja
Pintu Masuk Istana Sisingamangaraja

Dinasti Sisingamangaraja berdiri di Bakara ± 1530 – 1907 dipimpin oleh Raja Sisingamangraja I – XII. Berada di Lumban Raja, Desa Simamora, Kecamatan Baktiraja,Kabupaten Humbanghasundutan,Sumatra Utara.

Kerajaan turun-temurun tersebut mempunyai istana di Bakara. Di dalam Istana terdapat Makam Raja Sisingamangaraja X, Makam Raja Sisingamangaraja XI , Ruma Bolon, Ruma Parsaktian, Sopo Bolon, Bale Pasogit, Batu Siungkapungkapon dan Tempat Peribadatan kepercayaan Parmalim.

Istana Raja Sisingamangaraja dibakar oleh pasukan Tuanku Rao tahun 1825 dan pasukan Belanda tahun 1878, dan dibangun kembali oleh pemerintah dan masyarakat sejak tahun 1978.

Sehingga bentuk Istana Sisingamangaraja yang sekarang adalah hasil dari renovasi yang telah dilakukan oleh Pemerintah Republik Indonesia bersama masyarakat pada tahun 1978 yang lalu.

Istana Sisingamangaraja sendiri adalah bangunan yang menjadi tempat tinggal raja yang memiliki luas sekitar 100 m x 100 m.

Cerita dari Raja Sisingamangaraja ini berakhir pada 17 Juni 1907 setelah meninggal. Raja Sumatera ini dijuluki sebagai Patuan Bosar Ompu Pulau Batu.

Raja dengan para pengikutnya pun telah berjanji untuk terus melakukan perlawanan meskipun hingga titik darah penghabisan untuk membuat Belanda meninggalkan tanah Sumatera dan bahkan tanah air.

Kemegahan Istana Sisingamangaraja yang penuh dengan Gorga atau Ukiran khas Batak menjadikannya sebagai Situs Sejarah Terpopuler se-Indonesia dalam Anugerah Pesona Indonesia Tahun 2019 .

istana SM 1
Redaksi di Komplek Istana Sisingamangaraja
istana SM3
Selain bisa belajar sejarah mengenai perjuangan Raja Sisingamangaraja, di komplek istana para pengunjung juga bisa menikmati keindahan alam dari Sumatera Utara. Karena tepat di sebelah istana terdapat perbukitan hijau yang bisa menyejukkan mata.

Selayaknya istana pada umumnya, fasilitas di Istana Sisingamangaraja juga terbilang cukup lengkap. Para pengunjung tidak akan kesulitan untuk menemukan toilet atau pun tempat sampah. Sementara untuk menjaga keaslian dan kebersihan bangunan bersejarah, para pengunjung diminta untuk melepas alas kaki ketika akan memasuki Istana Sisingamangaraja.

Tombak Sulu -Sulu yang Unik,Tempat Raja Sisingamangaraja Lahir

0
Tombak sulusulu
Gua Tempat Kelahiran Raja Sisingamangaraja I disebut Tombak Sulu - Sulu.
WhatsApp Image 2022 12 01 at 23.57.59 e1670165974367
Redaksi di Pintu Masuk Tombak Sulu – Sulu.

Tombak Sulu-sulu merupakan gua tempat lahirnya Raja Sisingamangaraja I. Berada di Desa marbun Tonga Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan,Sumatera Utara, Tombak Sulu-Sulu di kelilingi perbukitan menjulang dan Danau Toba yang indah.

Di pintu masuk ada sebuah shelter untuk tempat beristirahat dan memandang panorama alam,juga berfungsi untuk menyambut tamu dan memberikan arahan dan gambaran mengenai lokasi Tombak sulu-sulu. untuk memasuki objek wisata ini tidak di pungut bayaran.

Gua ini dalam keyakinan sebagian orang Batak (Toba) merupakan asal muasal kelahiran Raja Sisingamangaraja I. Dahulu, pada abad ke-16 Masehi.

Tombak Sulu-sulu bisa diartikan sebagai hutan bercahaya (tombak=hutan, sulu-sulu=obor). Disebut demikian karena dulu dipercaya, pada momen-momen tertentu, di tempat ini muncul sulu-sulu saat malam hari.

Di hutan ini terdapat satu gua dengan mulut liang berupa celah seukuran manusia dewasa.
Kawasan Tombak Sulu-sulu memang banyak terdapat bebatuan berongga dan dipercaya Raja Sisingamangaraja I lahir dalam rongga batu.

Di liang batu inilah dipercaya oleh warga sekitar, sebagai tempat kelahiran Sisingamangaraja I yang disebut juga Raja Manghuntal dari ibunya Boru Pasaribu. Di sekitar liang bebatuan ini terdapat banyak pepohonan rindang seperti beringin dan pohon ara, seolah-olah menjadi pagar alam yang menyembunyikan liang tersebut.

IMG 20221201 WA0004 e1670166293399
Gua Tempat Kelahiran Raja Sisingamangaraja I disebut Tombak Sulu – Sulu.

Saat Redaksi mengunjungi Tombak sulu-sulu ini ada beberapah hal yang menarik disekitar Gua Tombak sulu-sulu diantaranya ada gambar Pedang atau seperti piso gaja di mulut goa tersebut,gambar pedang tersebut tergambar secara alami,kemudian di depan goa tampak bersih tanpa ada rerumputan yang tumbuh.

Bagi yang beruntung melihat isi dalam gua yang berukuran untuk satu manusia akan terlihat terang dan di percaya akan mendapatkan hidup yang baik.

Tombak Sulu-sulu tidak jauh dari komplek Istana Raja Sisingamangaraja XI di Lumban Raja, Desa Simamora,melakukan serangkaian napak tilas di objek peninggalan sejarah Sisingamangaraja yang terdapat di lembah Bakara, dimulai dari Aek Sipangolu di Simangulampe, Istana Sisimangaraja di Lumban Raja, Aek Sitio-tio di Siunong-unong Julu, dan Tombak Sulu-sulu di Marbun Dolok,Sumatera Utara.

Situs ini banyak dikunjungi oleh pejiarah dari berbagai penjuru, dan kaitannya dengan sejarah Sisingamangaraja membuatnya banyak dijadikan sebagai lokasi penelitian dan kegiatan terkait kebudayaan Batak Toba.

Tombak Sulu-sulu berada dalam kawasan Geosite Bakara Tipang. Kawasan Geosite Bakara Tipang merupakan etalase terlengkap nomenklatur Geopark yang terdiri atas keanekaragaman biologi, budaya, dan bentang alam.

Dengan jarak yang tidak terlalu jauh dari Dolok Sanggul sekitar 45 menit dan dari Bandara Silangit sekitar 1,5 jam, travelling bisa mengunjunginya dalam rangka wisata Ziarah.

Adat dan Budaya Suku Batak dalam Kehidupan Sosial dan Aktivitas Sehar-Hari

0
Adat dan Budaya
Suku Batak adalah salah satu suku di Indonesia yang memegang teguh tradisi dan adatnya. Hingga sampai sekarang, adat dan budayanya tetap dilaksanakan dalam kehidupan sosial orang Batak dan aktivitas sehari-harinya.

Berikut beberapa adat dan budaya Batak yang berlaku.

  1. Partuturan

Dalam kehidupan orang Batak sehari-hari kekerabatan (partuturan) adalah kunci dari falsafah hidupnya dengan menanyakan marga dari setiap orang Batak yang ditemuinya. Kekerabatan ini pula yang menjadi semacam tonggak agung untuk mempersatukan hubungan darah dan menentukan sikap terhadap orang lain dengan baik.

  1. Dalihan Natolu

Dalihan merupakan sebuah tungku yang terbuat dari batu. Dalihan Natolu mengartikan tungku tempat memasak yang diletakkan di atas tiga batu agar tungku tersebut dapat berdiri dengan baik. Maka ketiga batu sebagai penopang haruslah berjarak seimbang satu sama lain dan tingginya juga harus sama.

Adat dan Budaya

Hal ini adalah falsafah yang dimaknakan sebagai kebersamaan yang cukup adil dalam kehidupan masyarakat Batak.

Ada 3 bagian kekerabatan dalam “Dalihan Natolu” yaitu :

  • Somba Marhulahula (Sembah/Hormat kepada keluarga pihak istri)
  • Elek Marboru (Sikap membujuk/mengayomi wanita)
  • Manat Mardongan Tubu (Bersikap hati-hati kepada teman semarga)
  1. Mangulosi

Mangulosi merupakan kegiatan memberikan ulos sebagai lambang kehangatan dan berkat bagi yang menerimanya. Dalam hal mangulosi ada aturan yang harus ditaati yaitu hanya orang yang dituakanlah yang dapat memberikan ulos. Misal: orang tua mangulosi anaknya, tetapi seorang anak tidak bisa mangulosi orangtuanya.

  • Mangulosi sering kita temukan pada saat-saat pesta antara lain.
  • Ketika anak lahir , bayi akan menerima “Ulos Parompa”
  • Pada saat anak laki-laki melaksanakan pesta pernikahan, dia akan menerima “Ulos Hela” dari mertuanya.
  • Pada saatnya meninggal dunia, akan menerima “Ulos Saput”.
  1. Umpasa

Umpasa merupakan kata-kata yang diucapkan seperti menyerupai pantun dalam bahasa Batak yang memiliki makna. Umpasa penting diucapkan untuk menyampaikan keinginan/harapan dalam setiap acara adat yang dilaksanakan.

Apabila umpasa yang disebutkan juga menjadi harapan dari para hadirin, maka secara serentak akan mengatakan “ima tutu” yang artinya “semoga demikian”.

  1. Manortor dan Margondang

Manortor adalah melakukan tarian seremonial dengan musik Gondang. Tortor adalah seni tarian Batak pada zaman dahulu menjadi sarana utama dalam melakukan ritual keagamaan yang masih bernafaskan mistik (kesurupan).

Namun sekarang ini manortor kerap dijumpai pada acara pesta-pesta adat orang Batak dengan membunyikan musik Gondang Sabangunan (dengan perangkat musik yang lengkap) yang pada jaman dahulu erat dengan pemujaan kepada Dewa-Dewa atau roh-roh nenek moyang. Tortor dan musik gondang tidak dapat terpisahkan.

  1. Mangalahat Horbo

Mangalahat Horbo merupakan upacara adat bagi orang Batak sebagai tanda penyucian diri atau menebus dosa-dosa. Dengan itu, akan mendapat kemakmuran dalam kehidupannya. Acara Mangalahat Horbo dilatarbelakangi kepercayaan suku Batak kepada Debata Mula Jadi Nabolon (Sang pencipta alam semesta) yang mampu menghapus dosa dan memberi kemakmuran dengan mengorbankan seekor kerbau jantan.

  1. Mangongkal Holi

Mangongkal holi merupakan suatu prosesi upacara yang dilaksanakan untuk mengumpulkan tulang belulang dari jasad orang tua yang dimasukkan ke peti yang baru untuk dipindahkan pada suatu tempat yang telah disediakan oleh pihak keluarga.

Tradisi ini merupakan warisan turun-temurun yang bertujuan memberikan penghormatan kepada roh orang tua yang telah tiada.

Pemindahan lokasi tulang belulang dimaksud ke tempat yang baru adalah untuk mendapatkan tempat yang lebih baik dari tempat sebelumnya.

Pariwisata Danau Toba Benar-Benar Hilang Jati Dirinya

0
Pariwisata
Keterangan Foto: Destinasi Wisata panoguan solu,Kec Muara Sumut
Wajah Pariwisata dalam Kawasan Danau Toba (KDT) Provinsi Sumatera Utara (Sumut) kini kehilangan jati dirinya sebagai Pariwisata yang katanya kelas dunia.

Tentunya ini sangat berbeda jika melihat masa kajayaan Pariwisata Danau  Toba (Sumut) pada sekitar Tahun 1990 an di temukan di setiap Pintu masuk Objek wisata jelas terlihat ukiran Gorga Batak atau pun berupa Lukisan Gorga Batak, Hotel dan penginapan penuh dengan Hiasan Gorga Batak.

Bahkan Gedung-Gedung Pemerintah sampai Puskesmas pada saat itu ada ukiran Gorga Batak atau Hiasan Gorga Batak.

Menjadi Sangat Penting wajah Pariwisata kawasan danau Toba dengan ada nya gorga untuk menjaga dan melestarikan Budaya Batak.

Setiap suku Batak mempunyai Ukiran gorga yang hampir sama mengingat semua suku Batak dipercaya satu rumpun atau satu garis keturunan.

Ukiran-ukiran gorga atau ornamen rumah adat batak menjadi bukti keindahan dari seni suku batak Kawasan Danau Toba.

Seni Gorga bukanlah sekedar media ukir-ukiran, tetapi suatu proses cara suku Batak dalam melakukan kehidupan nya sehari-hari dan mengucapkan terima kasih kepada alam atas di berikan nya kesejahteraan, ilmu pengetahuan dan lain-lain.

walaupun masih ada ditemukan seni ukir Gorga Itu adalah peninggalan masa jaya nya Pariwisata dan itupun tidak terawat atau sudah rusak ,sekalipun sering dibuat Acara promosi Pariwisata Danau Toba namun wajah Pariwisatanya tidak jelas tutur Pengamat Pariwisata Danau Toba Ricardo Hutabarat.

Dalam Pengamatan beliau di 6 Kabupaten kawasan Danau Toba yang dijalani di mulai dari Kabupaten Tapanuli Utara, Toba, Humbahas, Samosir,Simalungun, dan Dairi lebih dari 2 bulan.
Pengamatan beliau Pariwisata Danau Toba sudah maju dalam infrastruktur pembangunan Jalan, baik itu objek wisata yang baru dibuat atau objek wisata yang dilakukan secara revitalisasi.

Banyak objek wisata yang baru tanpa Gorga Batak akibat kurangnya Pemeliharaan dan perhatian dari Pemerintahan daerah setempat maupun Pihak Swasta yang mengkelola nya seperti objek wisata Batu Hobon, Samosir, bukit Doa Taber, Taput dan lain-lain.

Sepanjang perjalanan beliau di 6 Kabupaten Kawasan Danau Toba sangat sedih melihat banyak objek-objek wisata yang baru atau Revitalisasi Tanpa Gorga Batak, begitu juga dengan Hotel dan restaurant.

Dalam bincang-bincang dengan salah satu warga Kabupaten Toba dikatakan beliau sangat mendukung di galakkan kembali Gorga Batak di semua Objek wisata karna penting nya Gorga Batak sebagai bentuk jati diri Batak Toba dan dibuat suatu Peraturan Daerah sebagai aturan nya tutur Sianipar.

Melalui seni ukir Pande Gorga/Ahli ukir-ukiran dan seni gambar Gorga Batak dapat meningkatkan UMKM dikawasan Danau Toba untuk menaikkan ekonomi masyarakat.

Kini bangunan Hotel, penginapan (Home stay), Restoran di objek wisata lebih cenderung dibuat dengan bangunan nuansa modern tanpa Gorga Batak khususnya di pintu masuk.

Sementara Gorga Batak di Pintu masuk (Selamat Datang) di Objek wisata banyak yang tidak terawat,rusak,hal ini peninggalan masa jaya Pariwisata Danau Toba saat itu.

seperti lambang Gorga “Boraspati” (Cicak) Memaknai adanya kesuburan tumbuh pada penghuni rumah yang dominannya untuk perkembangan keturunan bagi manusia, namun tidak lepas dari pengertian kesuburan tanah atau Gorga Simeolmeol yang melambangkan suka cita atau kegembiraan.

Dengan menjaga dan melestarikan Gorga Batak berarti ikut melestarikan budaya dengan kearifan lokalnya dan Pemerintah Daerah selayaknya bisa membuat suatu Peraturan Daerah agar semua Objek wisata,Hotel dan Restoran yang berada di kawasan Objek wisata di wajibkan membuat Gorga Batak baik itu berupa ukiran maupun Lukisan.

Hanya kecintaan kepada budaya dengan kearifan lokal akan menggugah kembali pemikiran orang Batak untuk mengembangkan nilai Batak itu sendiri sebelum punah termakan zaman modernisasi.

“Martumbur partabaan, malomak pansalongan”. Prinsip ini tidak membatasi satu tetapi berkelanjutan,Tutur Alumni Poltekpar Medan Ricardo Hutabarat yang sudah malang melintang di Luar Negri.

Erick Thohir Ditabalkan Sebagai Suku Batak

0
Erick Thohir
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir kini resmi menjadi bagian dari suku Batak.

Erick Thohir kini menyandang marga Sidabutar yang diresmikan langsung oleh Raja Sidabutar saat dirinya berkunjung ke Pulau Samosir.

Upacara adat Batak pemberian marga kepada Erick Thohir.

Erick Thohir diketahui lahir dari keturunan darah Lampung, namun hal itu tak mengahalanginya untuk menjadi bagian siuku Batak.

Momen pemberian marga itu dibagikan oleh Erick melalui sebuah unggahan di akun Instagram miliknya @erickthohir pada Sabtu (26/11/22).

Erick Thohir

Dalam unggahan tersebut tampak sosok Erick yang tengah melalukan upacara adat Batak atau lebih tepat nya disebut acara Mangaen di Lopo Hotel, Tomok, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara.

Upacara pemberian marga menteri BUMN tersebut merupakan rangkaian dari acara Tao Toba Heritage Fest yang digelar untuk mempromosikan pariwisata Danau Toba yang saat itu tengah dihadirinya.

Erick Thohir diberikan marga Sidabutar oleh sang Raja Sidabutar. Hal itu membuatnya kini termasuk dalam keturunan ke 10 dari Raja Sidabutar.

Erick Thohir

“Saya merasa bangga bisa menjadi bagian dari Bangso Batak. Bangsa yang terkenal kaya akan budaya, memiliki banyak tradisi bersejarah, semangat kekeluargaan, dan pekerja keras,” tulis Erick.

Erick Thohir pun mengungkapkan rasa bahagianya yang kini dapat menjadi bagian dari orang Batak.

“Saya merasa bangga bisa menjadi bagian dari Bangso Batak. Bangsa yang terkenal kaya akan budaya, memiliki banyak tradisi bersejarah, semangat kekeluargaan, dan pekerja keras,” tulis Erick.

Erick pun mengungkapkan rasa bahagianya yang kini dapat menjadi bagian dari orang Batak.

“Saya merasa bangga bisa menjadi bagian dari Bangso Batak. Bangsa yang terkenal kaya akan budaya, memiliki banyak tradisi bersejarah, semangat kekeluargaan, dan pekerja keras,” sambung beliau.

Bukit Doa Taber Wisata Religi yang Banyak Dikunjungi

0
Bukit Doa Taber
Bukit Doa Taber dibangun pada 1996 dan mulai digunakan sejak 2014. Bukit Taber yang disebut juga Bukit Doa Taber salah satu obyek wisata rohani di Tapanuli. Lokasinya tepat berada di kawasan bukit, dan digunakan sebagai tempat berdoa bagi umat Kristen.

Saat Natal tiba, Bukit Taber biasanya ramai dikunjungi masyarakat Tapanuli dan sekitarnya.

Mereka datang untuk memanjatkan doa sekaligus berwisata bersama keluarga. Bukit doa ini merupakan landmark dari Kecamatan Muara. Sebagai penanda terdapat patung dua telapak tangan yang saling mengatup menghadap terbentang luas ke Danau Toba.

Lokasi ini terhitung mudah dijangkau. Jika dari Medan bisa ditempuh sekitar 6 jam berkendara perjalanan darat.

Bukit Doa Taber

Namun lebih praktis jika kamu turun dari Bandara Sisingamangaraja XII (Bandara Silangit) dan menuju ke Huta Ginjang hanya membutuhkan waktu sekitar 20 hingga 30 menit berkendara.

Untuk tiket masuk ke Huta Ginjang kamu juga tidak perlu kuatir, karena pengunjung tidak dipungut biaya masuk alias gratis.

Sebagai tempat wisata, Huta Ginjang sudah menyediakan fasilitas yang cukup lengkap, mulai dari rumah makan sampai penjual sovenir.

Nah, tunggu apa lagi. Kita berangkat ke Medan mari kunjungi Bukit Doa Taber.

Aipda Leonardo Sinaga Dituntut Pidana 8 Tahun Penjara

0
Aipda Leonardo Sinaga
Jaksa menuntut personel Polrestabes Medan Aipda Leonardo Sinaga dengan pidana penjara delapan tahun. Leonardo dianggap bersalah dalam penganiayaan seorang tahanan RTP (rumah tahanan polisi) Polrestabes Medan Hendra Syahputra hingga tewas.

Jaksa menilai terdakwa Aipda Leonardo Sinaga terbukti melanggar Pasal 170 ayat (2) ke-3 KUHPidana.

“Meminta kepada majelis hakim agar yang memeriksa perkara ini menjatuhkan hukuman kepada terdakwa 8 tahun penjara,” kata JPU Pantun Marojahan Simbolon, di hadapan majelis hakim yang diketuai Zufida Hanum, Kamis (17/11).

Adapun hal yang memberatkan adalah terdakwa dinilai berbelit belit memberikan keterangan, tidak mengakui kesalahannya dan perbuatan terdakwa mengakibatkan kematian.

“Sedangkan hal meringankan terdakwa belum pernah dihukum,” ucap JPU Pantun Simbolon.

Usai mendengar tuntutan JPU, majelis hakim memberikan kesempatan kepada terdakwa untuk mengajukan pledoi (pembelaan) melalui penasihat hukum terdakwa.

Kasus ini memiliki enam terdakwa lainnya yakni, Tolib Siregar alias Randi, Wily Sanjaya alias Aseng Kecil, Nino Pratama Aritonang, Hendra Syahputra alias Jubal, Juliusman Zebua dan Andi Arpino. Masing-masing dituntut 10 tahun penjara.

Kasus ini bermula pada November 2021 saat Andi Arpino yang merupakan Kepala Blok (Kablok) dipanggil Penjaga Piket RTP Polrestabes Medan Leonardo Sinaga. Setelah itu, Andi mengantarkan Hendra Syahputra ke Blok G.

Di sana, Andi Arpino meminta uang kepada korban karena dipaksa Leonardo Sinaga. Namun, korban tidak memberikan, sehingga Juliusman Zebua yang berada di sana langsung memukul pundak korban sampai terjatuh.

Andi saat itu meminta korban untuk menghubungi keluarga. Namun, nomor handphone keluarga korban tidak aktif. Sehingga, Willy Sanjaya alias Aseng Kecil dan Nino Pratama Aritonang langsung memukul punggung korban dari belakang.

Tak berhenti di sana, Hendra Siregar alias Jubel memukul bagian pundak korban dan Nino memukul bagian lutut sebelah kiri korban menggunakan bola karet yang dibungkus menggunakan baju.

Pada 21 November 2021 sekitar pukul 08.30 WIB, korban mengalami demam tinggi. Hal itu lalu dilaporkan kepada piket yang berjaga dan korban dibawa ke Klinik Polrestabes Medan untuk dilakukan pemeriksaan.

Kemudian, pada 23 November 2021 sekitar pukul 03.00 WIB, korban dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara dan korban dinyatakan sudah meninggal dunia pukul 17.00 WIB.

Dari hasil pemeriksaan luar dan dalam, penyebab korban meninggal akibat lemas karena perdarahan yang luas pada rongga kepala disertai retaknya dasar tulang tengkorak kepala akibat trauma tumpul.